PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
REVISI BAB XII
EVALUASI
DAN PRINSIP
PENDIDIKAN
SEUMUR HIDUP
Yudi
Siswanto 1201412024
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2012
BAB XII
“EVALUASI DAN PRINSIP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP”
A.
EVALUASI DAN
PERUBAHAN PENDIDIKAN
Banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan evaluasi
pendidikan. Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation
yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily:
1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The
process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging
decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu
alternatif keputusan
Nana Sudjana (1998)
menjelaskan bahwa evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga
untuk nilai berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan
dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah
menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Berdasarkan
tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif.
Evaluasi formatif dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan
program, sementara itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program
dan mengambil keputusan (Lehman, 1990).
Evaluasi menunjukkan suatu proses integral dari kehidupan
sehari-hari seorang individu di dalam masyarakat. Bentuk evaluasi ada dua
macam teknik, yaitu teknik non-tes dan teknik tes. Teknik non-tes tidak
menggunakan perangkat soal yang dikerjakan sedangkan teknik tes menggunakan
perangkat soal yang dikerjakan peserta didik. Adapun tujuan evaluasi pendidikan
menurut Arikunto (2004) ada dua diantaranya tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
evaluasi pendidikan, yaitu :
1.
Untuk menghimpun bahan keterangan yang akan digunakan sebagai bahan bukti mengenai
taraf perkembangan atau kemajuan yang dialami oleh peserta didik.
2.
Untuk mengetahui efektivitas dari metode-metode pengajaran
yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran.
Adapun tujuan khusus dari evaluasi pendidikan adalah :
1.
Merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program
pendidikan.
2.
Untuk mencari dan menemukan factor-faktor penyebab
keberhasilan atau ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program
pendidikan.
3.
Cronbach (1963) dan Stufflebeam menyebutkan evaluasi sebagai
alat penyedia informasi untuk membuat keputusan.
Bila digambarkan dalam istilah umum,
evaluasi dapat dilihat sebagai fundamental yang mengatur mekanisme kehidupan
laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat. Dalam arti individu-individu dan
kelompok-kelompok secara konstan menterjemahkan pengalaman mereka sendiri untuk
membentuk pengalaman yang akan datang.
Evaluasi pendidikan biasanya
dihubungkan dengan pertumbuhan, inovasi, pembaharuan dan perkembangan. Itu bisa
berfokus kepada kebutuhan dan kemajuan dari pelajar itu sendiri, agar
memudahkan keputusan-keputusan yang mempengaruhi secara langsung.
Evaluasi mungkin mengetes
keseluruhan keefektifan dan keinginan dari kondisi-kondisi yang mempengaruhi
belajar di dalam konteks yang ada. Apakah berfokus pada pelajar atau pada
kondisi yang mempengaruhi belajar. Evaluasi adalah alat-alat dimana para
partisipan di dalam belajar mengajar juga orang lain yang berminat mendapatkan
perubahan-perubahan yang dibutuhkan atau tidak, sehingga untuk menentukan
keefektifan dari pemecahan yang timbul dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Banyak
evaluasi di dalam pendidikan informal. Itu didasarkan kepada
keputusan-keputusan para pelajar dan lainnya yang secara langsung terlibat
dalam proses belajar, usaha-usaha yang baik pada saat perubahan dan modernisasi
sistem pendidikan dari masyarakat apapun tidak dapat dihindari, semua
tergantung pada evaluasi. Pengembangan
dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran memiliki karakteristik sebagai
berikut (Santyasa,2009):
- Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran.
- Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
- Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademik
- Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporakan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.
B.
KONTEKS SOSIAL DAN
BUDAYA BAGI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Secara
tegas, pendidikan seumur hidup bukan suatu konsep atau teori, tapi merupakan
suatu perangkat prinsip dasar untuk mendorong dan menunjang pendidikan mendatang, di
masyarakat. Dengan adanya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, diharapkan suatu masyarakat dapat
menyesuaikan diri / beradaptasi pada kemajuan lingkungan modern. Akibat kebudayaan masa
kini, ada kemungkinan pergeseran paradigma pendidikan, yaitu dari sekolah ke
masyarakat luas dengan berbagai pengalaman yang luas (Made Pidarta, 1997).
Menurut
Knowles dalam (Dave, 1975) pendidikan seumur hidup merupakan sejarah dinamika
peradaban manusia yang terjadi pada perubahan budaya individu, dimana
pendidikan adalah suatu proses pengiriman pancaran budaya yang menggambarkan
peran guru sebagai sumber informasi dan menganggap pendidikan sebagai suatu
agen untuk peserta didik. Dalam setiap jengkal waktu terjadi perubahan budaya
untuk itu manusia perlu mempersiapkan diri menghadapi perubahan-perubahan baru
dengan pelatihan-pelatihan. Peran guru harus bergeser dari sebagai sumber
informasi ke arah penelitian dan pendidikan harus dihormati sebagai suatu
proses panjang, karena pengetahuan akan dapat diperoleh pada setiap titik
waktu.
Banyak negara-negara yang kurang berkembang sangat sukar
untuk bisa membangun sekolah-sekolah yang masih tradisional dengan cepat, bila
dibandingkan dengan negara yang modern di mana tingkat ekonominya sudah baik
yang dijadikan sebagai sarana. Masyarakat yang sudah berkembang maju akan
melihat pada system penyampaian pendidikan, di mana masyarakat setelah usia
sekolah meningkatkan keterampilan kerja dan menggunakan waktu luangnya secara
produktif.
Untuk itu, pendidikan seumur hidup merupakan mata rantai
dalam perkembangan sosial budaya, baik dengan pekerjaan maupun tindakan masyarakat.
Pendidikan seumur hidup tidak dapat ditentukan sebagai filosofi pendidikan yang
utuh atau teori. Itu hanyalah suatu cara untuk mengkonseptualisasikan dan
mengkomunikasikan kenyataan di dalam dunia yang cenderung kepada peningkatan
peran pendidikan di masyarakat. Pendidikan menjadi alat sosial yang utama untuk
meningkatkan pertumbuhan individu dan perwujudan diri.
C. MENENTUKAN PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Perangkat dari prinsip pendidikan seumur hidup merupakan suatu yang bersifat eklitik dan inklutif. Bila digabungkan merupakan suatu pandangan yang holistic dari pendidikan yang beroperasi dalam masyarakat belajar yang menjadi ideal dimana individu terlibat secara pribadi dan sosial di dalam belajar sepanjang hayat.
Demokrasi pendidikan adalah gagasan atas pandangan hidup
yang mengutamakan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga
negara dalam berlangsungnya proses pendidikan. Pengertian demokrasi mencakup
dua arti baik secara horizontal maupun secara vertikal. Terdapat pandangan hidup
yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di
dalam berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta
juga dengan pengelolaan pendidikan tanpa memandang suku, kebangsaan, agama
maupun ras. Juga tidak membedakan antara si kaya dan si miskin, karena setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
D. KESERTAAN DALAM PRINSIP
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Prinsip-prinsip
asli dari pendidikan seumur hidup diambil dari suatu perangkat konsep-konsep
karakteristik dan mengerahkannya pada topik-topik kurikulum sekolah, strategi
belajar dan evaluasi. Karya ini tidak akan digambarkan disini kecuali bila
merupakan suatu yang berhubungan dengan evaluasi. Namun skop dan kesertaan prinsip-prinsip sebagai berikut (Dave
1975).
Jalur pendidikan luar sekolah meliputi pendidikan nonformal
dan informal. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal berfungsi mengembalikan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta
mengembangkan sikap keprobadian hidup. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan
untuk mengembangkan peserta didik.
Proses
pendidikan seumur hidup sangatlah kompleks sehingga muncul tentang
pelembagaan dalam konsep pendidikan terus menerus. Pelembagaan pendidikan dalam
bentuk persekolahan terbatas hanya untuk usia anak-anak dan adolescen.
Keterbatasan konvensional persekolahan formal untuk periode antara 6 sampai 18
tahun biasanya berasal dari pertimbangan ekonomi dan sosial. Proses pendidikan
seumur hidup yang sekarang cenderung mengalami perubahan dapat dengan mudah
dapat kita jalankan melalui
metode belajar
dimanapun, kapanpun dengan siapapun, sehingga proses belajar yang kita butuhkan
berlaku secara terus menerus.
E. KRITERIA EVALUASI BAGI PENDIDIKAN
SEUMUR HIDUP
Kriteria evaluasi
merupakan standart bagi fenomena / gejala yang diletakkan dan di pakai secara
jelas. Standart umumnya dipakai secara
diskriptif yang membedakan antara apa yang diinginkan dan apa yang tidak
diinginkan .oleh karena itu kriteria adalah satu refrensi konflik bagi prinsip
prinsip abstrak atau aturan mendefisinikan apa yang baik.
Pada kriteria evaluasi bagi pendidikan seumur hidup, kegiatan yang dilakukan masih
merupakan tahapan yang awal. Namun permulaan dalam proses ini dibuat dalam
proyek evaluasi kurikulum yang bersifat multinasiounal .Salah satu dari dua
tujuan utama proyek ini ialah mengisolasikan ciri ciri yang ada dari kurikulum
yang mencukup prinsip prinsip pendidikan seumur hudup.
Kriteria
evaluasi itu dibagi menjadi tiga tingkatan :
Pertama, kriteria umum secara relatif ,kedua,mendefinisikan
kondisi kondisi yang diinginkan dan yang terakhir dua atau lebih spesifikasi
yang dikembangkan pada masing masing peryataan kriteria.
Daftar yang membantu prinsip prinsip pendidikan seumur hidup
:
1.
Integrasi horisontal
Fungsi khusus dalam pendidikan seumur hidup pula menjadikan
konsep serta proses belajar individu menjadikan persekolahan tidak hanya
terjadi pada sektor formal. Dengan hal ini menekankan untuk menghubungkan
antara sekolah sekolah dan lembaga lembaga sosial serta struktur yang memenuhi
fungsi pendidikan atau adanya kerjasama di antara pendidikan sekolah dan luar
sekolah sebagai perwujudan belajar sepanjang hayat.
Kriteria dan
spesifikasi yang bersifat ilustrasi
1.
Integrasi antara rumah dan
sekolah
2.
Integrasi antara rumah dan
masyarakat
3.
Intgarasi rumah dan kerja
4.
Integrasi diantara
sekolah,budaya,lembaga,organisasi dan kegiatan kegiatan
5.
Integrasi antara sekolah dan mas
media
6.
Integrasi dari subyek belajar
7.
Integrasi diantara subyek
kurikulum dan kegiatan ekstra kurikulum
8.
Integrasi pelajar yang memiliki
ciri ciri yang berbeda
2. Vertikal Articulasi :
Artikulasi diantara unsur-unsur kurikulum pada level yang
berbeda dan kurikulum sekolah, pra sekolah serta pasca sekolah untuk pencapaian system
pendidikan yang lingkungannya berbeda,khususnya berorientasi pada tingkat umur
yang berbeda dari masyarakat.
Dalam literatur pendidikan seumur hidup, pra sekolah dan
pasca sekolah bukanlah menerapkan pelengkap sekolah,tetapi merupakan partner
yang berdiri sejajar.
Kriteria dan spesifikasi secara ilustrasi :
1.
Integrasi di antara
pengalaman,pra sekolah dan sekolah.
2.
Integrasi di antara tingkat atau
level yang berbeda di dalam sekolah.
3.
Integrasi di antara persiapan sekolah
dan aktivitas pasca sekolah.
Dalam evaluasi sering berguna membedakan antara cara
pendidikan dan tujuan pendidikan. Perbedaan cara dan tujuan tidak selalu mudah
dibuat. Macam kapasitas yang mungkin dihubungkan dengan konsep kependidikan
bisa didefinisikan sebagai tujuan dalam sense referensi pada kapasitas yang
dikembangkan dalam pembelajaran. Tetapi kapasitas seperti itu sama-sama
merupakan pada jenis tujuan pembelajaran lain.
Demikian juga nampaknya tepat untuk memandang metode atau
proses pendidikan sebagai cara,sedangkan memandang outcome yang
dimanifestasikan dalam pembelajaran sebagai tujuan. Kedua daftar kriteria yang
baru saja diberikan tertuju pada cara menyusun pendidikan.
Kriteria lain dalam kelompok yang mengikuti biasanya
dianggap sebagai cara dalam sense,dalam kriteria itu lebih ditujukan pada
proses atau struktur pendidikan daripada outcome yang dimanifestasikan dalam
pembelajar atau dalam masyarakat sebagi keseluruhan. Selagi kriteria itu
berasal dari konsep pendidikan seumur hidup,kriteria itu di sini dianggap
sebagai kriteria dalam sense yang sama yang mana perubahan yang diinginkan
dalam pembelajaran adalah kriteria.
Orientasi pada pertumbuhan diri :
Perkembangan dalam pembelajaran dari karakteristik pribadi
yang menyumbangkan pada proses jangka panjang pertumbuhan dan perkembangan yang
mengangkut kesadaran diri yang realistik ,minat pada dunia dan pada orang lain
,keinginan mencapai kriteria internal untuk membuat evaluasi dan penilaian dan
semua kesatuan kepribadian.
Kelompok
ini memasukan kriteria yang mendefisinikan berbagai aspek pertumbuhan
pribadi.Beberapa elemen dari konsep pendidikan yang lebih luas jelas berasal
dari sini,khususnya yang berhubungan dengan motivasi dalam pembelajaran.
Kriteria sasaran pada
hasil dari proses pendidikan secara terus menerus:
1.
Pengertian diri sendiri
2.
Minat pada manusia dan dunia
lingkungan
3.
Motivasi pencapaian
4.
Pembentukan kriteria penilaian
internal
5.
Pembentukan nilai nilai dan sikap
sikap progesif
6.
Intergasi dari kepribadian
Praktikum pada proses pendidikan secara terus menerus pula
dapat menjadikan individu memiliki motivasi dalam hal penyiapan keterampilan
yang tersedia dan diperlukan,maka dari hal ini diperlukannya proses belajar
yang terjadi secara terus menerus.Tujuan utama persekolahan adalah menyiapkan
anak untuk kehidupan yang akan datang, maka belajar dipandang sebagai sesuatu
yang tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari daripada anak didik.
Pendapat yang menekankan pada dua hal,yaitu’’horizontal
intregation’’ dan’’vertikal integration’’yang pertama dimaksudkan, bahwa
belajar disekolah hendaknya dikoordinasikan dengan komponen lain didalam
masyarakat tempat anak memperoleh pengalaman belajar,misalnya
keluarga,perkumpulan-perkumpulan pemuda,masyarakat,tempat kerja,pergaulan
dengan teman-teman sebaya,dan sebagainya. Selanjutnya dikemukakan sebagaian
besar anggota masyarakat hendaknya dipandang sebagai/suatu integrasi yang
luas,dan bukan sesuatu yang kurang berhubungan antara disiplin ilmiah yang satu
dengan yang lain.
Masyarakat Nasional
yang sedang berkembang dan maju
Dalam masyarakat
yang kurang berkembang prinsip pendidikan seumur hidup ini menawarkan cara
alternatif untuk pencapaian dasar pendidikan untuk perkembangan ekonomi
masyarakat secara keseluruhan,yang mungkin memiliki daya tarik yang besar.
Metode yang digambarkan dari antropologi dan etnologi mungkin jauh lebih
berguna sebagai model untuk evaluasi dalam daerah pedesaan dari pada model
perkembangan dan penelitiaan yang ditunjukan pada permulaan bab ini. Manfaat pendidikan bagi masyarakat
adalah untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyarakat, baik yang
berkaitandengan kewajiban maupun dengan hak mereka. Dalam rangka pendidikan
seumur hidup misalnya, warga belajar bisa belajar tentang apa saja sesuai
dengan minat dan bakat mereka, sehingga pemahaman, keterampilan tertentu, dan
sikap mereka semakin meningkat. Hal ini membuat mereka merasa semakin mantap
sebagai warga negara .Made Pidarta,(1997)
Individu dan Kolektifitas
Perbedaan
yang kedua ini berhubungan dengan perbedaan mengembangkan dan dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ari, H. Gunawan. 1986. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Bina Aksara
Alwasilah, et
al. 1996. Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of Education
and Culture.
Bear, Robert M. 1967. The
Social Function of Education. USA
: T. Macmilan Company
Cassirer, Ernst (terjemahan Alois
Nugroho). 1987. Manusia dan Kebudayaan : Sebuah Esei Tentang Manusia. Jakarta : Gramedia
Coombs, Philip H. 1985. The
World Crisis in Education: The View from The Eeighties. New York :
Oxford University Press
Cropley, A. J. Pendidikan Seumur Hidup Suatu Analisis
Psikologis. Surabaya :
Usaha Nasional.
Dave.1975. Reflections On Lifelong Education And The School. Hamburg: Unesco Institute For Education
Depdikbud. 1990. Konferensi Dunia tentang
Pendidikan bagi Semua. Jakarta : Dirjen
Faure, Edgar. 1982. Learning
to be The World of Education Today and Tomorrow. London : Unesco
Gagne, Robert M. 1987. The
Conditioning of Learning. New
York : Holt Renehart and Winston
Harison, Elmer. 1975. The
foundation of modern Education. USA : Rinehart
Harold,
G. Shane. 1984. Arti Pendidikan Bagi Masa Depan. Jakarta : Pastekom Dikbud
Hasan, Hamid.2008.
Evaluasi Kurikulum. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Hasbulloh. 2001. Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta: Rajawali pers.
Lehmann, H. 1990. The
Systems Approach to Education. Special Presentation Conveyed in The
International Seminar on Educational Innovation and Technology Manila: Innotech
Publications-Vol 20 No. 05
Mudya Rahardjo,
Redja.2001.Pengantar pendidikan.Jakarta: Rajawali pers.
Napitupulu, P. 1984. Pendidikan
yang relevan kini dan esok. Gunung Mulia : Jakarta
Pasaribu, IL. dan Simanjutak B. 1982. Pendidikan
Nasional ,Tinjauan Paedagogik (Twits). Bandung : Tarsito
Patterson. 1978. School, Society and The Profesional Educator. New York :
American Book Company
Program Akta Mengajar V-B Komponen Dasar : Bidang Studi
Teknologi Pengajaran Buku II Modul. 1983. Usaha Sekolah Dalam Menunjang Pendidikan
Seumur Hidup. Jakarta : Depdikbud, Dirjen PT.
Purbakawatja, S. 1980. Pendidikan
Dalam Alam Indonesia Merdeka. Jakarta : Gunung Agung
Santyasa, wayan. 2009. Metode Penelitian
Pengembangan dan Teori Pengembangan Modul., Bali: Dalam
Santyasa data base.
Santoso, S. Hamidjojo. 1997. Pendidikan
yang tangkas sebagai pembawa perubahan menyongsong abad XXI, makalah
seminar nasional PLS dan KonferensiISPPS tahun 1997 di Hotel Simpang. Tanggal
13-15. Surabaya
Skager, R. 1979. Life Long Education and Evaluation Practice.
New York : UNESCO Institut Hamberg, Pergamon Press.
Semiawan, Ronny R. 1998. Dimensi
Strategi Pengembangan Nasional Abad XXII. Jakarta : PT.Gramedia
Surakhmad, Winarno. 1987. Mencari
Strategi Pembinaan Pendidikan Pembangunan Dewasa ini. Jakarta : IKIP
Jakarta
Sukardi, Muhammad. 2010.Evaluasi
Pendidikan Prinsip Dan Operasianalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Syam, M. Noor. 1983. Filsafat
Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya : Usaha
Nasional
Vayzey, John. 1981. Educational
and economic development school and society. London : Routledge

0 komentar:
Posting Komentar